Banyaknya jenis burung yang tersebar di berbagai belahan dunia dan tentunya mempunyai karakteristik serta cara hidup unik. Indonesia memiliki sebanyak 1.720 ekor spesies yang menyebar di penjuru negeri. Burung Maleo adalah satu jenis burung yang bisa dijumpai di Indonesia.
Burung bernama latin Macrocephalon Maleo ini ialah burung otentik Indonesia. Ini berarti teritori burung ini hanya akan ditemui di negara ini. Ciri khas kepunyaan burung inilah yang membuatnya menjadi unik.
Karakteristik Burung Maleo
Beda jenis burung tentunya beda faktor keunikannya masing-masing, baik dari segi warna, suara, bahkan sampai perilaku unik. Karenanya karakteristik khusus dari setiap burung sangatlah penting bagi ilmu taksonomi yaitu ilmu pengkalsifikasian hewan serta tumbuhan.
Burung maleo tentunya punya keistimewaan yang khas dan hanya dimiliki oleh spesies ini saja. Karakteristik burung ini terlihat dari segi fisiknya yang terdapat fitur berikut.
- Tubuh yang relatif sedang dalam ukuran.
- Bulu yang kebanyakan hitam.
- Kulit kekuningan di bagian mata.
- Warna merah kecoklatan pada iris mata.
- Berkaki abu-abu.
- Paruh berwarna jingga alami.
- Bulu di bagian perut memiliki pigmen merah jambu keputihan.
- Mempunyai jambul di atas kepala layaknya ayam.
Habitat Burung Maleo
Sebagai satwa otentik dari Indonesia, Satwa ini spesifiknya bisa ditemui pada area hutan Sulawesi. Namun tidak seluruh daerah Sulawesi terdapat burung maleo. Dataran rendah merupakan area yang sering dihuni oleh burung satu ini; area berupa hutan tropis seperti Sulawesi Tengah dan Gorontalo.
Burung ini memilih untuk bertelur di area pasir yang luas, sekitaran pantai gunung berapi atau daerah yang memiliki geothermal atau panas bumi alami. Area ini dipilih secara alami guna menetaskan telurnya yang mampu berukuran hingga 5 kali dibanding telur ayam.
Pola Hidup dan Perilaku
Burung ini memiliki perilaku hidup di permukaan tanah berbeda layaknya dengan burung pada umumnya sebab burung ini tidak bisa terbang. Karenanya diet yang diterapkan burung ini cenderung berupa berbagai serangga ukuran kecil, buah, biji-bijian, sampai beberapa hewan berukuran kecil.
Burung ini termasuk burung megapoda atau burung yang membuat gundukan guna mengubur telur. Penguburan dilakukan di daerah hangat dan mencapai hampir 3 bulan untuk menetas. Setelahnya anakan burung diharuskan berusaha keluar dari dalam pasir secara mandiri.
Status Konservasi
Hal yang sangat disayangkan dari satwa ini ialah status yang dimilikinya. Burung ini memiliki status endangered (EN) atau hampir punah. Kepunahan spesies ini akan menandai tidak hanya hilangnya satwa spesies endemik di Indonesia tapi juga hilangnya genus Macrocephalon.
Status kepunahan burung ini tercatat berdasarkan data tahun 2021 yang dilakukan oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN). Sehingga memberikan burung ini status hewan yang dilindungi oleh Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES).
Selain memberikan status hewan dilindungi, CITES juga memberikan status Appendix I yang berarti burung ini tidak boleh diperdagangkan. Karena status ini, upaya pelestarian burung maleo haruslah diupayakan guna menjaga populasi burung yang terancam punah ini.
Fakta Unik Burung Maleo
Burung maleo juga memiliki sejumlah fakta unik yang wajib diketahui. Berikut ialah fakta unik burung ini
1. Endemik Negara Indonesia
Arti kata endemik mengacu pada sebaran sesuatu, dalam perihal ini burung maleo, yang hanya terbatas secara konsisten pada wilayah tertentu. Sederhananya satwa yang menyandang status endemik cuma dapat ditemukan pada suatu daerah tertentu dan tidak ada di daerah lain.
Hal ini berarti burung ini cuma bisa ditemui di negara Indonesia khususnya daerah Sulawesi. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, hanya sebagian wilayah di Sulawesi dapat ditemukan spesies burung ini. Oleh sebab itu sebaran burung ini benar-benar terbatas.
2. Loyal
Keistimewaan lainnya ialah sikapnya yang loyal atau setia terhadap pasangannya. Ditunjukkan dengan hanya memiliki pasangan sekali seumur hidup, jadi jika pasangannya sudah mati maka pejantan dipastikan tidak akan berpasangan untuk kedua kalinya.
Sikap yang sama juga dijumpai pada si betina. Seperti si jantan, derajat kesetiaan yang dimiliki si betina tidak kalah dengan si jantan. Jika pejantan mati terlebih dahulu, maka si betina dipastikan pula tidak akan berpasangan lagi dan tidak mampu untuk bertelur yang kedua kalinya.
3. Telur Tidak Dierami
Keistimewaan burung maleo lainnya ialah bagaimana caranya menjaga telurnya. Kebanyakan burung pasti akan menjaga telurnya dengan cara mengeraminya sampai telur tersebut menetas, tapi tidak dengan unggas satu ini. Burung ini punya cara sendiri untuk melindungi telurnya.
Cara yang dilakukan oleh unggas ini adalah mengubur telurnya di dalam pasir. Itulah sebabnya burung ini seringkali ditemui yang lingkungan yang memiliki area pasir terbuka. Metode ini dilakukan karena besarnya ukuran telur. Lubang yang digali mampu mencapai kedalaman 50cm.
4. Berjalan
Jika mendengar kata burung pastinya yang terlintas di kepala adalah kapasita satwa ini yang bisa terbang mengitari langit. Namun terdapat banyak jenis burung yang tidak bisa terbang. Spesies burung yang tidak mampu terbang adalah burung maleo.
Karena alasan tidak bisa terbang tentunya burung ini lebih sering menghabiskan waktunya di permukaan tanah termasuk untuk mengais makanan. Oleh sebab itu, spesies ini sering disebut sebagai spesies yang lebih mirip ayam ketimbang burung biasa.
Upaya Pelestarian
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah tidak tinggal diam serta pasrah akan satwa-satwa yang terancam punah. Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah adalah membangun Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) yang terletak di wilayah Poso dak Kabupaten Sigi.
Taman ini melindungi satwa yang berstatus terancam punah dengan melakukan beberapa pencegahan seperti penangkaran. Burung maleo ialah salah satu satwa yang memiliki status ini dan dijaga kelestariannya oleh taman yang satu ini.
Penangkaran dilakukan di dekat habitat agar burung ini dapat bertelur dengan baik. Pemilihan tempat ini dikarenakan habitat alami burung ini dekat dengan sumber air panas. Prediksi jumlah populasi burung ini di TNLL terdapat lebih dari seribu ekor terhitung pada Desember 2019.
Burung ini mampu bertelur sekali dalam dua minggu dengan total sebuah telur setiap kali bertelur. Ketika anakan burung ini telah menetas maka pihak taman langsung memindahkannya ke penangkaran. Terhitung setiap bulannya TNLL melepas 10-15 ekor ke habitat aslinya.
Walaupun tidak memiliki ukuran yang sebesar taman nasional lain di Indonesia, dengan hanya berukuran 217.991,78 hektar atau sekitar 1.2% dari total wilayah sisa hutan Sulawesi. Kontribusi TNLL juga sangatlah penting guna meningkatkan populasi satwa yang memiliki status dilindungi.
Itulah karakteristik dan usaha yang dilakukan untuk melestarikan burung maleo. Mengingat burung ini hampir punah, maka usaha ekstra diperlukan untuk menjaga kelestariannya. Sehingga generasi mendatang masih bisa menikmati keindahan dan mempelajari burung ini.