Cara Membedakan Kotoran Burung Kenari Sehat atau Sakit

Seperti kebanyakan burung kecil lainnya, burung kenari buang air besar setiap 15-20 menit. Frekuensi buang air besar yang berlebihan pada burung kenari disebabkan oleh metabolisme mereka yang cepat, yang ditandai dengan sistem pencernaan yang cepat.

Kenari muda, khususnya, lebih sering buang air besar daripada kenari yang lebih tua karena struktur pencernaan mereka bekerja lebih cepat, dan burung muda berukuran lebih kecil.

Warna, bau, konsistensi, ukuran, dan frekuensi kotoran burung kenari dapat memberi tahu kita banyak hal tentang kondisi kesehatannya. Jadi, kita akan melihat seperti apa kotoran burung kenari yang sehat dan bagaimana cara mengetahui apakah burung kenari Anda sakit atau tidak dengan bantuan memeriksa aspek spesifik dari kotorannya.

Seperti Apa Kotoran Burung Kenari yang Normal?

Seperti Apa Kotoran Burung Kenari yang Normal?

Memastikan bahwa kotoran tampak normal dan sehat menegaskan bahwa kenari merasa baik. Kotoran yang tidak sehat memungkinkan Anda untuk bereaksi terhadap penyakit yang sulit dideteksi lebih awal daripada berubah menjadi lebih serius.

Saat menganalisis kotoran kenari, berikut adalah unsur yang biasa untuk dipertimbangkan:

1. Warna

Warna kotoran burung sebagian besar bergantung pada makanannya. Burung kenari memakan lebih dari beberapa biji-bijian, seperti milet, biji kuaci, lobak, serta buah-buahan dan sayuran.

Akibatnya, warna spesifik dari bahan-bahan ini bergabung untuk menyusun kotoran dengan berbagai warna.

Kotoran burung kenari yang sehat harus berwarna hijau atau coklat. Jika warnanya entah kenapa menyimpang dari apa yang biasa Anda lihat, itu menunjukkan masalah kesehatan yang mendasarinya.

Buah-buahan tertentu, seperti blueberry dan ceri, akan sangat mengubah warna kotoran kenari. Jadi, perhatikan makanan penutup yang dimakannya, karena warna makanan yang berbeda akan tercermin dalam kotoran terbarunya.

Di bawah ini adalah tabel dengan warna tertentu yang mungkin ditunjukkan oleh kotoran kenari dan artinya:

Warna KotoranPenjelasan
Cokelat tua atau hijauIni adalah warna normal kotoran burung kenari.
PutihMeskipun kotoran burung kenari mengandung urat (yang berwarna putih) normal, kelebihan asam urat mungkin mengindikasikan masalah ginjal.
Merah atau Cokelat karatWarna merah menunjukkan adanya darah, menandakan pendarahan internal.
KuningKotoran kuning bisa menjadi peringatan anoreksia atau klamidiosis.

2. Bau

Kotoran burung kenari biasanya memiliki sedikit atau tidak berbau. Oleh karena itu, jika Anda mengatakan bau busuk yang berasal dari kotoran kenari Anda, mungkin kenari Anda memiliki masalah pencernaan, penyakit, atau infeksi.

Tentu saja, Anda tidak boleh mengendus kotoran kenari Anda, karena patogen dalam kotoran ayam dapat ditularkan melalui udara. Menurut Central Bacteria menemukan bahwa kotoran burung kenari mengandung cryptococcus neoformans, sejenis ragi yang menyebabkan infeksi pada manusia ketika terhirup.

Perhatikan baik-baik aroma yang tidak biasa dari sangkar burung kenari Anda setelah ia buang air besar. Jika Anda mengetahui adanya bau yang menyengat atau tidak biasa, ada baiknya hewan peliharaan Anda diperiksa oleh dokter hewan khusus burung.

3. Konsistensi

Untuk mengukur kotoran kenari Anda, Anda harus mengenali seperti apa konsistensi yang sehat.

Burung kenari tidak memiliki metode pemisahan untuk mengeluarkan urine dan feses. Sebagai gantinya, mereka mengeluarkan kotoran ini melalui lubang anus mereka. Jadi, kotoran burung kenari biasanya tidak keras.

Urine merupakan sekitar 30-50% dari keseluruhan kotoran burung kenari. Selain itu, urinnya tidak jelas, seperti halnya dengan mamalia. Sebaliknya, ia memiliki konsistensi seperti pucat. Urine burung kenari pada kenyataannya merupakan gabungan dari urat (yang kental dan putih) dan urine cair (yang jernih).

Meskipun jumlah urin dalam kotoran kenari dapat sedikit berbeda, jika terlalu banyak atau terlalu sedikit urin dalam kotorannya secara terus-menerus, itu menjadi motif yang perlu dikhawatirkan.

4. Jumlah dan Ukuran

Jumlah kotoran burung kenari bervariasi terutama berdasarkan dimensi burung. Burung kenari yang lebih besar menghasilkan kotoran yang besar daripada kenari remaja, dan kotorannya jauh lebih besar.

Tentu saja, kuantitas dan frekuensi buang kotoran mungkin sedikit berbeda, bergantung pada pola makan kenari. Namun, perubahan drastis pada elemen-elemen ini dapat menunjukkan masalah kesehatan.

Penyebab Kotoran Burung Kenari Tidak Normal

Banyak faktor yang menyebabkan kotoran burung kenari menjadi tidak normal, sehingga sulit untuk menentukan penyebabnya hanya dengan melihat kotoran burung Anda. Penyebab umum kotoran abnormal meliputi:

1. Makanan

Jenis makanan yang dimakan burung kenari mempengaruhi warna kotorannya. Karena burung kenari hidup dari biji, pelet, dan sayuran segar, kotorannya akan mencerminkan warna dan tekstur makanan tersebut.

Misalnya, burung kenari yang terutama diberi buah dan sayuran akan memiliki tinja yang lebih lunak. Sedangkan yang banyak mengkonsumsi biji-bijian dan biji-bijian akan menghasilkan kotoran yang lebih padat.

2. Sembelit

Meskipun sembelit jarang terjadi pada burung kenari, hal itu mungkin terjadi jika mereka tidak mendapatkan cukup serat dalam makanan mereka.

Kenari yang mengalami sembelit mengalami kesulitan buang air besar, dan bahkan ketika ia buang air besar, kotorannya akan keras dan tidak mengandung cairan.

Selain menghasilkan kotoran yang tidak normal, burung kenari yang mengalami sembelit dapat menunjukkan gejala-gejala berikut:

  • Kehilangan selera makan
  • Bulu berbulu
  • Sayap terkulai
  • Kelesuan
  • Sifat lekas marah

Untungnya, sembelit pada burung kenari dapat diobati di rumah dengan minyak zaitun. Pegang kenari Anda dengan bagian belakang menghadap ke atas, dan tuangkan 2-3 tetes minyak zaitun ke dalam lubang anus. Biarkan cairan mengalir ke atas, di mana itu bisa meringankan gejalanya.

3. Parasit Usus

Kenari rentan terhadap parasit gastrointestinal, termasuk cacing kremi, cacing kremi, dan cacing pita, yang merusak saluran pencernaan dan menularkan penyakit.

Seekor kenari mungkin mengalami pendarahan usus, yang bermanifestasi sebagai adanya darah di tinja.

4. Penyakit dan Infeksi

Menurut Experimental and Applied Acarology , burung kenari rentan terhadap klamidiosis, yang menyebar melalui udara. Kenari dengan kondisi ini menunjukkan berbagai gejala, termasuk:

  • Kurang nafsu makan
  • Diare
  • Kotoran hijau tua

Jika tidak segera diobati, penyakit ini dapat menyebabkan masalah yang lebih parah, termasuk:

  • Masalah mobilitas
  • Penurunan berat badan yang drastis
  • Kematian mendadak

Lebih umum, kotoran yang tidak sehat pada burung kenari dapat mengindikasikan penyakit ginjal. Ginjal bertanggung jawab untuk menghilangkan limbah pencernaan dari aliran darah, dan limbah ini kemudian dikeluarkan dari tubuh kenari dalam bentuk kotorannya.

Jika ginjal kenari Anda tidak berfungsi dengan baik, kemampuannya untuk menahan air akan terganggu, menyebabkan mereka kehilangan air melalui kotoran. Akibatnya, tinja mungkin mengandung lebih banyak cairan.

Tips Agar Kotoran Kenari Selalu Sehat

Waspadai makanan yang Anda berikan untuk menjaga kesehatan kotoran kenari Anda.

Hindari memberinya makanan olahan susu seperti susu, yogurt, dan keju, karena mengandung laktosa. Burung tidak dapat mencerna laktosa karena mereka kekurangan enzim laktase, sehingga dapat menyebabkan diare.

Lindungi kenari Anda dari penyakit menular dan parasit yang juga dapat menyebabkan masalah pencernaan. Hal ini meliputi menjaga kebersihan kandang dan menghentikan kontak langsung antara burung kenari Anda dan hewan peliharaan lain yang memiliki masalah kesehatan yang dapat menular.

Burung kenari kerap menyembunyikan tanda-tanda penyakitnya agar tidak terlihat rentan oleh pemangsa. Hal tersebut akan menjadi penghalang untuk pendeteksian bahwa burung tersebut sakit, sehingga menunda proses diagnosis dan pengobatan.

Anda dapat mengetahui banyak hal tentang kesehatan kenari dengan melihat kotorannya. Memantau warna dan tekstur kotoran kenari Anda memberikan petunjuk penting tentang status kesehatannya.

Penulis utama di website ini, suka melihara hewan sejak kecil.

Leave a Comment