Burung Rangkong juga dikenal dengan sebutan: Kangkareng, Enggang, atau si Julang. Satwa ini tersebar di daerah dengan iklim tropis, yaitu benua Asia, negara Papua Nugini, dan benua Afrika. Di Nusantara sendiri, hewan ini dapat ditemui di beberapa pulau seperti: Kalimantan, Sumatera, dan Jawa.
Jasa Rangkong cukup besar dalam upaya pelestarian hutan, karena aktif dalam penyebaran buah dan biji sehingga membantu regenerasi flora di hutan. Namun saat ini satwa tersebut menjadi langka karena banyak diburu dan nyaris punah. Adapun karakteristik serta fakta unik terkait Burung Rangkong yaitu sebagai berikut:
Klasifikasi Ilmiah Burung Rangkong
Kerajaan | Animalia |
Filum | Chordata |
Kelas | Aves |
Ordo | Bucerotiformes |
Famili | Bucerotidae, Rafinesque, 1815 |
Genus | 13 genus |
Spesies | 50 spesies |
Kondisi Fisik
Enggang atau si Julang adalah burung dengan fisik yang berat juga lebar, panjang tubuhnya yaitu 60 – 170 cm, dan beratnya adalah 280 – 4210 gr. Mayoritas warna bulunya hitam, putih, dan keabuan. Bagian area mata, kepala, dan leher warnanya kuning dan merah.
Paruh Rangkong bentuknya sangat khas dan unik, yaitu melengkung besar, panjang, dan ringan. Diatas paruhnya terdapat Balung, berbentuk tonjolan berongga sebagai tempat dengung suara.
Membedakan jenis kelamin hewan ini tidak terlalu sulit dengan melihat warna bulunya. Warna pejantan biasanya lebih mencolok daripada betina, yang fungsinya untuk mengambil perhatian lawan jenis pada waktu musim kawin tiba.
Jenis Burung Rangkong dan Persebaran Wilayahnya
Burung Rangkong tinggal di hutan dengan iklim tropis dengan ketinggian 0 – 1000 mdpl. Hutan yang dipilih untuk ditinggali biasanya dalam kondisi masih alami (virgin forest), karena Rangkong membuat sarang hanya pada pepohonan yang tinggi dan besar.
Jangkauan terbang Rangkong terbilang jauh, yaitu dengan radius 100 km2. Hal ini tentu membawa dampak positif untuk ekosistem hutan karena turut membantu persebaran buah dan biji, sehingga mempercepat pertumbuhan vegetasi di hutan.
Secara khusus, ada 13 jenis Rangkong yang menyebar di Nusantara. Beberapa diantaranya merupakan hewan endemik Indonesia, yaitu:
- Rhyticeros everetti (tersebar di daerah Sumba).
- Rhyticeros cassidix.
- Rhabdotorrhinus exarhatus (tersebar di daerah Sulawesi).
Dominasi persebaran tipe Rangkong ada di Pulau Sumatera (meliputi 10 jenis) yaitu: Anthracoceros malayanus, Rhabdotorrhinus corrugatus, Anthracoceros albirostris, Berenicornis comatus, Buceros rhinoceros, Rhyticeros plicatus, Buceros bicornis, Annorrhinus galeritus, Rhyticeros undulatus, serta Rhinoplax vigil.
Daftar Spesies dalm Urutan Taksonomi
Ini adalah daftar spesies rangkong yang masih ada , disajikan dalam urutan taksonomi . Famili ini terdiri dari 15 genera dan 59 spesies.
Gambar | Marga | Spesies Hidup |
---|---|---|
Pelajaran Tockus , 1830 | Kelompok rangkong paruh merahRangkong Paruh Merah Barat ( Tockus kempi )Enggang paruh merah utara ( Tockus erythrorhynchus )Rangkong Paruh Merah Tanzania ( Tockus ruahae )Rangkong paruh merah selatan ( Tockus rufirostris )Rangkong Paruh Merah Damara ( Tockus damarensis )Rangkong Monteiro ( Tockus monteiri )Rangkong Von der Decken ( Tockus deckeni )Rangkong Jackson ( Tockus jacksoni )Rangkong paruh kuning selatan ( Tockus leucomelas )Enggang paruh kuning timur ( Tockus flavirostris ) | |
Lophoceros Hemprich & Ehrenberg, 1833 | Rangkong Bradfield ( Lophoceros bradfieldi )Rangkong mahkota ( Lophoceros alboterminatus )Rangkong kerdil paruh merah ( Lophoceros camurus )Rangkong Hemprich ( Lophoceros hemprichii )Rangkong pied Afrika ( Lophoceros fasciatus )Rangkong abu-abu afrika ( Lophoceros nasutus )Enggang paruh pucat ( Lophoceros pallidirostris ) | |
Horizocerus Oberholser, 1899 | Enggang jambul putih ( Horizocerus albocristatus )Rangkong kerdil hitam ( Horizocerus hartlaubi ) | |
Berenicornis Bonaparte, 1850 | Rangkong mahkota putih ( Berenicornis comatus ) | |
Bycanistes Cabanis & Heine, 1860 | Rangkong piping ( Bycanistes fistulator )Rangkong Terompet ( Bycanistes bucinator )Rangkong Paha Putih ( Bycanistes albotibialis )Rangkong pipi coklat ( Bycanistes cylindricus )Enggang hitam-putih ( Bycanistes subcylindricus )Rangkong pipi keperakan ( Bycanistes brevis) | |
Ceratogymna Bonaparte, 1854 | Rangkong jengger hitam ( Ceratogymna atrata )Rangkong jengger kuning ( Ceratogymna elata ) | |
Buceros Linnaeus, 1758 | Rangkong badak ( Buceros rhinoceros )Enggang besar _ _Rangkong Rufous ( Buceros hydrocorax ) | |
Rhinoplax Gloger, 1841 | Rangkong gading ( Rhinoplax vigil ) | |
Anorrinus L. Reichenbach, 1849 | Enggang coklat Tickell ( Anorrhinus tickelli )Rangkong coklat Austen ( Anorrhinus austeni )Enggang jambul lebat ( Anorrhinus galeritus ) | |
Ocyceros Hume, 1873 | Rangkong abu-abu Sri Lanka ( Ocyceros gingalensis )Enggang kelabu malabar ( Ocyceros griseus )Rangkong abu-abu India ( Ocyceros biostris ) | |
Anthracoceros L. Reichenbach, 1849 | Rangkong Palawan ( Anthracoceros marchei )Rangkong pai oriental ( Anthracoceros albirostris )Enggang malabar ( Anthracoceros coronatus )Rangkong Sulu ( Anthracoceros montani )Enggang hitam ( Anthracoceros malayanus ) | |
Baja Hodgson , 1829 | Rangkong leher ruf ( Aceros nipalensis ) | |
Rhabdotorrhinus AB Meyer & Wiglesworth, 1895 | Rangkong Kepala Rufous ( Rhabdotorrhinus waldeni )Enggang geliat ( Rhabdotorrhinus leucocephalus )Rangkong Sulawesi ( Rhabdotorrhinus exarhatus )Rangkong keriput ( Rhabdotorrhinus corrugatus ) | |
Penelopides L. Reichenbach, 1849 | Rangkong Luzon ( Penelopides manillae )Rangkong mindoro ( Penelopides mindorensis )Rangkong Mindanao ( Penelopides affinis )Enggang Samar ( Penelopides samarensis )Rangkong Visayan ( Penelopides panini ) | |
Rhyticeros L. Reichenbach, 1849 | Rangkong Papua ( Rhyticeros plicatus )Rangkong Narcondam ( Rhyticeros narcondami )Rangkong berkantung polos ( Rhyticeros subruficollis )Rangkong gulung ( Rhyticeros undulatus )Rangkong Sumba ( Rhyticeros everetti )Rangkong Gading ( Rhyticeros cassidix ) |
Kebutuhan Makanan
Enggang atau Rangkong sangat menyukai daun ara. Enggang juga mengkonsumsi beberapa macam buah seperti buah beringin, pala, dan kenari. Secara umum, jenis buah yang dikonsumsi terdiri dari:
- Buah yang ada dagingnya (sumber lemak tinggi).
- Buah Fig sebagai sumber air, kalsium, protein, dan karbohidrat.
- Buah dengan kulit kaku atau keras.
Biasanya Rangkong juga mengkonsumsi serangga jika kesulitan mendapatkan buah, atau pada saat akan berkembang biak. Adapun serangga yang dimakan yaitu: kroto, kumbang atau larvanya, rayap, belalang, semut, laba-laba, jangkrik, ulat, dan lainnya.
Keunikan dan Keistimewaan
Bentuk paruh Enggang sangat khas. Paruh melengkung besarnya tidak dimiliki ataupun ditemukan pada burung lainnya. Keunikan tersebut justru menjadi faktor penyebab Burung Rangkong kerap diburu dan menjadi langka saat ini.
Kedua, yaitu kebiasaan mencerna makanan yang unik. Awalnya buah dilumat di dalam paruh. Setelah isi buah (dagingnya) ditelan, sisa bijinya dimuntahkan keluar. Khusus buah dengan biji kecil, akan ditelan sekaligus semuanya, biji kemudian dimuntahkan melalui anus (menyatu dengan kotoran).
Burung ini membuat sarang di pohon tinggi besar. Pejantan mencari pohon pilihan, lalu membuat sarang di dalam lubangnya. Supaya burung betina dapat mengerami telur secara aman, lubang tersebut ditutupi dengan tanah berlumpur.
Reproduksi (Perkembangbiakan)
Burung Rangkong sangat selektif dan hati-hati selama masa kawin hingga bertelur. Adapun tahapan yang dilalui sebagai berikut:
- Saat tiba musim kawin, Rangkong jantan mencari pohon yang sesuai untuk dijadikan sarang. Pohon yang dipilih adalah tipe pohon besar (diameter diatas 45 cm, tinggi antara 20-50 m).
- Untuk Rangkong Gading, pohon harus memiliki bonggol (dahan) yang besar di sekitar lubang pohon yang dijadikan sarang. Fungsinya yaitu sebagai pijakan pejantan saat mengantarkan makanan kepada burung betina.
- Lubang lalu disembunyikan dengan campuran lumpur, semak, rumput, atau sisa-sisa makanan. Didalamnya disediakan lubang kecil untuk tempat pejantan memberikan makan, dan juga untuk membuang kotoran. Kemudian betina akan meletakkan telur pertamanya, lalu diam bersembunyi di dalamnya selama mengerami hingga telurnya menetas.
- Proses pengeraman ini bervariasi tergantung dari tipe dan ukuran badan Rangkong itu sendiri, mencapai antara 26 – 150 hari. Bulu burung betina sengaja dirontokkan untuk menghangatkan telurnya. Selama itu pula, pejantan terus memberikan makanan kepada pasangannya dengan meletakkan pada lubang kecil yang sebelumnya telah dibuat.
- Betina akhirnya keluar dari lubang sarang, dan mencari makan. Perlahan bulunya mulai tumbuh kembali.
- Anakan sudah tumbuh agak besar, siap keluar sarang mencari makan bersama dengan burung pejantan. Betina dapat memecahkan penutup sarang lalu keluar, atau kembali berkembangbiak dengan menggugurkan kembali bulunya dan mengerami telur berikutnya.
Hubungan dengan Suku Dayak
Sebagai salah satu dari suku terlama dalam sejarah nusantara, Suku Dayak yang mendiami Pulau Kalimantan ini sangat memegang teguh kepercayaan nenek moyang. Bagi warga Dayak, Rangkong atau Enggang dianggap suci dan sarat akan nilai spiritual.
Salah satunya sebabnya yaitu karena dianggap sebagai wujud penjelmaan tokoh Panglima Burung (dipercaya sebagai sosok sakti pelindung tanah dan warga Dayak). Panglima Burung adalah sesosok gaib yang mendiami pegunungan di pedalaman Kalimantan.
Sosok tersebut tidak pernah terlihat, kecuali saat ada perang. Sehingga burung ini menjadi sosok sakral yang dilarang untuk diganggu apalagi dibunuh. Dalam situasi tertentu, sekelompok masyarakat Dayak melakukan tari perang untuk mengundang kehadiran Panglima Burung.
Beliau adalah sosok penggerak senjata pedang Mandau (khas Pulau Kalimantan), yang terkenal dapat terbang secepat kilat mengincar tujuannya (lawan). Sebetulnya burung Enggang menjadi lambang persatuan, perdamaian, serta keharmonisan antara suku Dayak dengan semesta alam di sekitar.
Burung ini menjadi panutan dalam kehidupan berkeluarga. Yaitu agar warga selalu mengasihi pasangannya dan mengasuh anak sampai dewasa menjadi pribadi yang mandiri, untuk kemudian dilepas mandiri.
Status Konservasi
Beberapa tahun terakhir, jumlah populasi Burung Rangkong di alam liar nusantara berkurang drastis. Faktor primer penyebabnya adalah karena perburuan liar, perdagangan satwa liar, dan juga akibat deforestasi (penebangan hutan) secara liar.
Perburuan liar secara langsung mematikan jumlah burung dewasa. Perdagangan satwa liar mengurangi jumlah satwa di alam bebas dan memutus rantai reproduksi. Sedangkan deforestasi menyebabkan berkurangnya pohon besar tempat Rangkong bersarang.
Upaya Perlindungan Pemerintah
Dalam usaha menjaga kelestarian dan jumlah populasi Burung Rangkong, Pemerintah Indonesia berupaya melakukan berbagai macam tindakan konservasi yaitu:
Membuat Strategi dan Rencana Konservasi (SRAK) di Kota Medan.
- Memperhatikan Konservasi SDA Hayati (UU No. 5 Tahun 1990). Uraian pada pasal memuat sanksi perburuan dan penebangan hutan secara liar. Yaitu siapa pun yang berani melakukan penebangan atau perburuan liar sehingga menyebabkan kerusakan pada ekosistem hutan, dapat ditindak secara pidana menurut hukum yang sesuai.
Pasal tersebut juga memuat variasi jumlah nominal denda serta waktu kurungan penjara sesuai pelanggaran yang dilakukan.
Menjadikan Rangkong sebagai salah satu jenis fauna yang dilindungi (PerMen No. 7 Tahun 1999 dan PerMen Lingkungan Hidup tahun 2018).
Demikian info penting mengenai Burung Rangkong yang sebaiknya diketahui bersama. Pemerintah diharapkan dapat lebih gencar dalam melakukan edukasi kepada masyarakat tentang jenis flora dan fauna yang wajib dilindungi supaya terhindar dari kepunahan.